SAMBOJA - Salak Pondoh, berbentuk kecil dengan daging buah yang kenyal serta tidak menempel dengan biji, juga rasanya yang sangat manis, dan berasal dari Pulau Jawa, ternyata dapat tumbuh subur di Kecamatan Samaboja Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Pengembangnya adalah Kelompok Tani Tunas Madani (TM).
Desa Bukit Raya, yang berada sekitar 5 Km dari Kecamatan Samboja merupakan areal yang sangat cocok untuk perkebunan salak. Luas lahan keseluruhan sekitar 5 hektar, Kelompok Tani Tunas Madani berupaya untuk menjadikan desa Bukit Raya menjadi lokasi wisata agro, apalagi akses ke desa Bukit Raya sudah mendapatkan proyek semenisasi oleh Pemerintah Kukar, beberapa tahun lalu.
Bapak Sutiarso Ketua Kelompok Tani menceritakan, dirinya tertarik dengan tanaman salak ini sekitar tahun 1994 lalu, artinya sudah empat belas tahun ia memelihara kebun salak, bibit pada waktu itu dibelinya langsung dari Jawa dan ditanam diatas areal tanah 500 meter persegi dan perkebunan tersebut dikelola sendiri dan belum memiliki kelompok tani. Sejak tahun 2000 lalu dirinya bersama 5 orang petani salak lainnya mendirikan kelompok tani, dan kemudian mengembangkan perkebunan salak, awalnya jenis yang ditanam adalah Salak Pondoh, namun kini dirinya mulai mengembangkan jenis yang lainnya yaitu salak lumut, salak gula pasir dan salak madu.
Bibit yang dikembangkannya selain untuk ditanam di perkebunan sendiri, juga dijual kepada warga sekitarnya yang juga ingin mengembangkan perkebunan salak.
“Sementara ini bibit hanya dijual bagi warga desanya, dengan demikian desa ini benar-benar menjadi sentral produksi buah salak,” harap Sutiarso.
Menurut Sutiarso, pada saat sekarang penjualan hasil panen salak tidak mengalami kendala, hargapun cukup tinggi satu kilo salak segar dijual dengan harga Rp. 8 ribu s/d Rp.10 ribu, selain dijual sendiri terkadang ada tengkulak yang datang langsung ke kebun salak milik kelompok taninya.
Namun dirinya bersama kelompok taninya, telah mengambil langkah strategis dengan membuat makanan olahan dari bahan salak semisal wine, kripik dan dodol. Hal ini didukung pula dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kukar, dengan memberikan bantuan alat pengolahan buah segar (Vacum Frayer) menjadi makanan olahan lain seperti kripik tahun 2006 lalu.
“Sekarang salak selain dijual sebagai buah segar, juga telah dijual sebagai makanan lain yaitu dengan nama Kripik Salak Pondoh produksi Kelompok Usaha Tunas Madani, dan telah dipasarkan sampai ke Samarinda dan Balikpapan,” kata Sutiarso yang juga mantan Anggota Bdan Perwakilan Desa (BPD) Desa Bukit Raya.
Hanya saja menurutnya yang menjadi kendala adalah pasokan bahan baku, hasil panen yang berasal dari perkebunan miliknya tidak mencukupi, sehingga untuk mengatasi agar usahanya tersebut tetap berproduksi, maka selain membuat makanan berbahan salak, kelompoknya juga membuat makanan berbahan pisang dan nanas, untuk pisang dan nanas di Samboja sangat banyak dan mudah didapat.
Dari hasil, perkebunan salak, kini Sutiarso telah mampu menyekolahkan kedua anaknya sampai kejenjang perguruan tinggi, bahkan anak sulungnya pada saat sekarang terdaftar sebagai mahasiswa kedokteran semester VIII di Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman yang akan menyelesaikan sarjana kedokterannya menuju coass, kemudian anak ragilnya merupakan mahasiswi berprestasi di almamater yang sama pada jurusan Teknik Pertambangan.